I Wish There is not a Goodbye 5

PART 5

JENUH

     Bagai terusik waktu dan berbagai untaian kisahnya. Tak mengerti harus bagaimana saat situasi berubah seketika. Mengetuk meja yang tak berbentuk. Aku pun menunggu.

Rasanya tak kelam namun berat. Seberat cinta yang terdahulu? Mungkin. Kemanakah pemikiranmu saat itu? Aku bilang memang kalian berbeda, jauh teramat jauh. Siapa mereka? Biarkan bisikan melodi itu yang menjawabnya. Terkadang memang penyemangat saat lelah, hari yang telah kulalui bersamanya. Memang dengan jari pun aku dapat menghitungnya, ya, pertemuan kita. Namun aku tetap dapat moment yang pas itu dimana harus kusimpan.

     Aku ingat nada itu. Yang meninggi kemudian melemah saat kau duduk di sana memperhatikanku, apakah aku merasa tersanjung? Hari itu aku merasa lebih lama berjalan bersama waktu, mendaki gunung hingga menemukan puncaknya dan aku pun tertegun sesaat. Aku telah menceritakan peristiwa istimewa itu, yang mungkin hanya terjadi di hari itu. 

     Kali ini keadaan semakin memburuk, ketika aku berpikir memang benar kalian berbeda. Mana bisa kudapat memilih mana yang harus kumiliki dan mana yang tidak. Kau membuatku pusing hingga meluap semua derasnya darah ini sampai ke ubun-ubun. Ingin rasanya menyembur hingga kau sadar, seperti kataku tadi di atas, kemanakah pemikiranmu. Apakah hanya terpaut pada melodi dan tak menyadari realitasnya?

     Sudah, sudahlah, sudahi saja semua ini, aku jenuh. Lelah terhadapmu yang kuanggap tak dapat terubah dengan sebatas kata. Lelah akan sikapmu yang jauh berbeda. Memang manusia takkan bisa mengubahkan manusia. Aku hanya lelah.

     Mungkin jika bernyanyi bersama sang melodi aku takkan seperti ini? Dilema yang kuat namun hanya si pemikir yang dapat mengerti. Aku pun sulit sekali menghilangkan segala sugesti yang ada walau rasa tak ada. Lama kelamaan, ini akan menjadi pudar, lihat saja nanti jika kau buat kujenuh terus menerus, mungkin selamat tinggal itu akan terlontar dari dalam kisah ini. Pening, sakit, aku tak ingin peduli lagi.

#part5 audreyan_