I Wish There is not a Goodbye 3

PART 3

Mulai Terhitung Sekarang

     Kini kembali cinta yang semula pudar. Terkadang berpikir akan angan lalu akankah kembali dirasa. Tetapi kisah lalu hanyalah kisah, mungkin takkan pernah kembali. Yang ada sekarang hanyalah sesuatu yang berbeda dalam diri lain. Ketika mata beradu dan seketika juga terpikir asa baru yang akan terjalin. Akankah ini?

Sosoknya muncul di depan mata, tetapi hati berkata janganlah memandangnya. Apakah aku memang takut jatuh? Terjatuh hingga terjalin kasih?

     Terkadang rindu pun berbicara, berbagi resah yang dirasa, aku pun ikut merasa. Melodi yang lain pun menuntut perasaan lebih dominan, lalu logika pun mulai menyusut dan pudar.

     Kini, di sini kutulis lembar baru, namun yang terlihat sekarang hanyalah ini semua akan segera berakhir, lambat laun tapi pasti? Kuharap sebatas kata dapat merubah semua. Aku berharap kau memang yang terbaik. Mungkin aku salah. Berharap pun aku salah. Aku telah kalah dalam peperangan batin. Akhirnya haruskah aku memutuskan untuk terus begini? Atau harus kutimbun rasa itu hingga hanya sebatas kenangan? Jalan itu jalan yang kupilih. Jalan itu . . .

     Mungkin belum lama, mungkin dapat terhitung jari, bulan demi bulan ini, tapi aku dapat tahu jika kauberubah. Terkadang pemikiran ini melanglang jauh berpikir. Apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang sebenarnya kaurasa. Lalu aku harus bagaimana? Ataukah harus kujalani ini seperti terhanyut di sungai? Terkadang berpikir apakah kau benar menjauh? Namun seketika kau tunjukkan bahwa pemikiranku salah. Terkadang membawa terbang namun tak jarang juga kau meluluhlantahkan segala deru semangat ini, menghalangi jalan setapakku. Namun aku tak rela jika . . .

     Memang kau bukan yang terbaik, aku melihatnya. Aku tahu kisahmu, aku mencoba mengerti tingkahmu, namun terkadang aku tak melihat kau yang berubah di masa ini. Jika ada di sana kata hai mengapa pula harus ada kata selamat tinggal? Aku benci.

#part3 audreyan_